Gosip artis, musik, sinopsis drama, dan film.

Tuesday, July 22, 2014

Sinopsis Film The Raid 2 - Berandal [Bagian 1]

Piku menyusul

Prolog

Di sebuah persawahan yang luas, dua mobil datang. Beberapa pria keluar dari dalam mobil. Salah seorangnya kemudian menyeret seorang pria tanpa baju dan memaksanya berlutut. Kepala pria ini ditutupi kantong supaya dia tidak tahu di mana lokasinya berada. Sepertinya dia tawanan.

Sinopsis, Film The Raid 2 - Berandal bagian, part 1.
Sinopsis, Film The Raid 2 - Berandal bagian, part 1.

Seorang pria bertongkat berjalan dari arah belakang pria tawanan. Pria yang menyeret pria tawanan membuka penutup kepala. Tampaklah... Andi tengah berlutut ketakutan, melihat pria bertongkat melangkah ke hadapannya. Pria yang dikenal dengan nama Bejo.

"Ini semua soal ambisi. Bukan. Ini semua soal batasan. Loe seharusnya tahu dimana batasanmu. Bos loe, Tama. Ya, dia punya reputasi. Tapi dia tahu diri. Dia tahu sebatas apa dia bisa naik. Makanya Bangun ngasih dia kekuasaan," ucap Bejo panjang lebar, "Jangan khawatir. Gua orangnya cukup masuk akal. Sama kaya loe, gua juga punya ambisi. Tapi di dunia kita ini. Kita harus maju langkah demi langkah. Loe seharusnya masih jauh di bawah sana untuk bisa ketemu sama gua sekarang disini."

"Bangun bakal..." kata Andi. Nada suaranya bergetar.

"Bangun sudah tua!" pekik Bejo. Dia terbatuk. Setelah terdiam beberapa saat, Bejo melanjutkan bicara, "Dia habis ini ancur. Loe, gua kasih kesempatan. Loe pilih dia."

Bejo memberi instruksi pada anak buah dengan tangannya. Anak buah Bejo bergerak maju mendekati Andi. Andi menoleh dan ketakutan semakin menderanya.

"Jadi, kita balik lagi ke soal ambisi. Batasan," ucap Bejo.

"Jo! cukup!" teriak Andi ketakutan, "Gak kaya gini."

"Gua udah bilang. Jangan khawatir."

Anak buah Bejo mengokang senapannya dan mengacungkannya ke sebelah kanan kepala Andi.

"Gak! Nggak! Jo, jangan jo!"

Pelatuk ditekan, peluru keluar dari lobang senapan. Kepala Andi pecah terbelah!

Film The Raid 2 - Part 1


Rama mengangkat kepalanya di sebuah toilet penjara. Ingatannya melayang ke beberapa waktu sebelumnya.

Rama meletakkan satu kotak penuh berisi kaset. Di depannya, pria berkepala hampir plontos bernama Bunawar bertanya, "Kamu hubungi saya?"

Rama menyebut namanya. "Rama."

Bunawar berkata, "Saya tau siapa kamu."

"Abang saya bilang saya bisa percaya Bapak," ucap Rama.

"Abang kamu gak salah," jawab Bunawar. Pandangan Bunawar teralihkan ke rekan seseorang di sebelah kiri Rama. "Kamu luka parah."

"Iya pak," sahut rekan Rama itu.

"Bawa dia buat dirawat," perintah Bunawar pada salah seorang anak buahnya yang berdiri di kanannya. Rekan Rama ikut anak buah Bunawar pergi setelah sebelumnya berpesan pada Rama untuk berhati-hati.

Setelah rekan Rama pergi, Bunawar menginstruksi dengan gerakan kepala pada anak buahnya. Anak buah Bunawar maju dan mengeluarkan pistolnya. Rama memintanya untuk berhenti. Tapi anak buah Bunawar tak bergeming. Dia tetap mengacungkan pistolnya dan menekan pelatuk pistol pada rekan Rama lainnya. Dan itu dilakukan beberapa kali. Rekan Rama tewas di tempat.

"Apa-apaan nih?!" teriak Rama.

"Gak apa-apa. Kamu tenang," ucap Bunawar, "Duduk, duduk." Rama duduk mengikuti perintah Bunawar. Bunawar pun ikut duduk, lalu memerintahkan anak buahnya untuk menyita jaket, sarung tangan, sama seragam rekan Rama satunya. Juga membuang mayatnya jauh-jauh.

Saat anak buahnya bekerja, Bunawar berkata pada Rama lagi, "Percaya sama saya. Dia gak akan bisa hidup sampe besok. Dengan begini dia gak sempat membocorkan apa-apa tentang loe. Tentang kita."

Rama mengernyitkan dahi. "Kita?"

"Unit gua tugasnya melacak bangsat-bangsat korup kayak ini. Dan gua kepengen loe bantuin gua buat melacak lebih banyak lagi. Divisi kita memang kecil. Tapi ada alasannya kenapa kecil. Kepercayaan."

"Kita punya bukti. Kita bisa sidang. Saya bisa jadi saksi," Rama bicara dengan penuh semangat.

Tapi semangat itu dipatahkan oleh ucapan Bunawar, "Loe cuma mendengar kabar angin, dan sebuah kotak yang isinya kaset. Gua udah hapal yang beginian. Dan akhirnya kita cuma menemukan cecunguk-cecunguk kaya dia ini. Nah, kalo kita ingin membersihkan kota ini dengan bersih. Kita harus tangkap mereka. Nama-nama yang penting. Loe suka gak suka sama peristiwa hari ini. Mereka akan mengincar loe. Mereka akan mengincar loe sampe ketemu. Kalo kita gak cepat bertindak, loe bakal hilang. Keluarga loe juga."

Rama tampak berpikir.

"Tapi gak harus seperti itu. Kalo kita diam-diam aja. Kalo lu gak buka mulut sampe subuh ini, gua bisa lindungin lu."

Adegan pun beralih saat Bunawar dan anak buahnya bersiap dengan senapan, mengepung mobil. Ketika dibuka, di dalamnya penuh mayat polisi. "Peristiwa hari ini, lu gak pernah ada. Lu gak pernah ada di tempat. Bagi mereka lu cuma anak ingusan."

Bahkan ketika dilaporkan sekalipun, Rama dianggap gak ada. "Mereka juga tidak akan sadar kalo satu nama hilang dari laporan."

"Ini udah semua?" kata tim pengawas.

"18 orang. Gak ada yang selamat," ucap Bunawar, sambil menatap sekilas kaca pengawas.

Di luar ruangan, dua pria memantau jalannya pemeriksaan dari kaca pengawas. Seorang pria bertanya, "Apa yang kau rencanamu, Reza?" Pria yang bernama Reza (Roy Marten) menatap pria yang bertanya sambil menghisap rokoknya. "Kita akan cari terus. Gua akan beresin semua," ucap Reza. Pria rekannya Reza menjawab, "Harus." Lalu pergi meninggalkan Reza.

Kembali pada Rama dan Bunawar. Rama bertanya, "Apa yang Bapak inginkan?"

"Gua mau lu gabung sama tim gua. Lu bakal dilatih ulang sampe lu punya kemampuan yang lebih baik. Untuk membela kepentingan yang benar. Bagaimana?"

"Gak, saya gak tertarik," ucap Rama.

"Coba kamu ulangi?"

"Pak. Tanpa mengurangi rasa hormat. Saya bawa dia kesini untuk ditahan supaya dia ditindak hukum."

"Dan dia kita bunuh supaya lu yang hidup! Di dunia ini gak ada perang bersih. Buka mata kamu!" perintah Bunawar.

"Udah cukup banyak yang bikin mata saya kebuka, Pak!" ucap Rama, "Yah, mungkin tujuan kita sama. Tapi saya gak mau ngikutin cara Bapak untuk ke sana."

Adegan pun kembali di mana Rama duduk di toilet penjara. Mata Rama memejam. Dia mencoba menenangkan diri. Di luar toilet, orang-orang sudah mulai berkerumun.

Adegan pun berganti saat Rama menundukkan dirinya di depan foto kakaknya, Andi. Ayah Rama menangis tersedu-sedu kehilangan putra pertamanya. Seorang wanita memapahnya masuk ke dalam kamar. Meninggalkan Rama yang masih terpekur sendirian menatap foto kakaknya. Dia mendendam.

Di dalam mobil, Rama bertanya pada Bunawar, "Siapa yang bunuh dia? Abang gua?"

Bunawar memberitahu, "Namanya Bejo. Sudah lumayan lama namanya."

"Saya tau nama itu," jawab Rama.

"Rama, abang lu memang punya banyak musuh seperti itu. Tapi mereka tidak ada apa-apanya dibanding siapa yang bakal ngincar loe. Gua bisa ngelindungin anak dan istri loe. Membuat mereka aman di luar jangkauan. Tapi gua butuh loe," Bunawar menjelaskan panjang lebar. Dia lalu mengambil data-data orang yang akan dihabisi Rama dari dashboard mobil. Kemudian berkata, "Sekarang ini, kota dibagi rata." Rama menerima data-data itu dan melihatnya satu persatu. Bunawar melanjutkan bicaranya, "...antara tokoh kita, Bangun, dan Goto Gumi keluarga Jepang. Tama tugasnya menyogok semua orang. Dan polisi dibayar di kantor Tama supaya gak ada yang tau. Kalau loe bisa mendekati Bangun. Gua yakin kita bisa menangkap bajingan-bajingan itu. Rama? Supaya semuanya segera tuntas, gGua butuh nama-nama. Gua butuh bukti kalo Reza punya koneksi sama Bangun."

"Terus gimana?" tanya Rama menatap Bunawar.

"Uco. anaknya Bangun," kata Bunawar. Rama melihat foto berikutnya, foto Uco. Bunawar meneruskan, "Sekarang ada di penjara. Ini saat yang tepat buat lu masuk, dekatin dia."

"Artinya?" tanya Rama belum mengerti maksud Bunawar.

"Lu harus gua tangkap."

Rama memegang tangan istrinya. Dia meyakinkan bahwa tugasnya kali ini hanya beberapa bulan saja. "Tapi, kamu gak boleh tau aku ada dimana. Dan aku gak boleh jenguk kamu atau Angga. Kalo gak gini, aku gak bisa lindungin kita. Tolong mengerti. Gak ada pilihan lain." Istri Rama terdiam. Dia setuju dengan Rama.

Seorang pria bertanya pada Rama, "Itu anak sudah keluar rumah sakit kan?"

"Gua dengar udah di keluarin," jawab Rama.

"Tutup mulut lu!" pekik pria itu, "Lu disini cuma nganguk doang. Iye atau nggak. Ngerti?"

Pria itu kemudian melihat seorang pria bonyok di dalam foto. Dia kemudian mengacungkan foto itu pada Rama. Apa alasan Rama menghajarnya?

Bunawar mengacungkan satu foto pada Rama. Foto dari orang yang sama diacungkan oleh pria sebelumnya. Rama bertanya, "Salah apa dia?"

"Cukup banyak," Bunawar menjawab sambil menyorongkan foto tersebut. Tapi Rama menegaskan kalau dia butuh lebih banyak informasi. Bunawar menjelaskan bila orang di foto itu adalah anak dari politikus bangsat.

"Memangnya gua gak bisa langsung di tangkap? Mengapa gua mesti ngumpulin ini dulu?" tanya Rama.

"Bapaknya anak ini alasannya kenapa Uco masuk penjara. Dan kalo lu punya reputasi, ini akan menjadi perhatian Uco ke loe. Paling nggak lu punyak bahan untuk ngobrol sama dia."

"Kalo lu mau gua hajar dia. Benar-benar gua hajar. Gua butuh alasan lebih kuat," ucap Rama. Tegas.

"Dia itu salah satu pemasuk dana terbesar buat Bejo. Rama, dengar. Buat dia cedera cukup parah supaya lu ketangkep. Tapi jangan terlalu parah supaya lu gak ditahan untuk lama."

"Dia dimana?" tanya Rama.

Adegan kembali pada Rama yang duduk dengan tenang di toilet. Di luar sana, orang yang berdatangan sudah mulai mendorong pintu toilet hingga bergoyang-goyang. Rama berdiri dan menekan tuas air. Dia berdiri untuk menanti. Dan akhirnya, pintu toilet pun terbuka. Seorang pria masuk, Rama yang sudah siap langsung membanting kepalanya ke toilet sampai pecah. Setelah itu, Rama menghajar sebagian besar pria-pria yang berusaha menghajarnya. Tapi dengan kemampuan beladiri yang dimilikinya, Rama mampu bertahan. Bahkan, setelah dikeroyok semuanya sekalipun.

Di dalam selnya, Rama mengambil kain dan membebatkannya di tangan kanannya. Di depannya tergambar tubuh seseorang. Setelah bebatan di tangannya sempurna, Rama berdiri. Kemudian mendekati tembok. Sejurus kemudian, dia menghajar tembok itu sampai tembok rusak-rusak.

Adegan pun berpindah saat Rama mengambil makan siang yang cukup enak untuk ukuran penjara, nasi putih yang hangat plus ayam dan sayur. Rama memilih meja untuk tempat makannya. Saat itu, dia melihat Uco sedang duduk di antara salah seorang yang dihajar Rama. Uco menengok ke arah Rama. Tapi Rama sok jual mahal dan berjalan ke mejanya. Ketika menemukan meja, Rama sedikit membanting nampan makanan yang dibawanya supaya terdengar garang. Pria botak di sebelahnya menengok, tapi dia tidak ingin mencari masalah dengan Rama. Setelah itu Rama pun duduk dan memakan makan siangnya. Ketika sedang menikmati makan siangnya, Uco mendekati Rama dan duduk di seberang Rama. Dia mengeluarkan pisau dan menancap-nancapkannya ke meja. Rama mengambil perhatian itu.

Bersambung ke sinopsis film The Raid 2 - Berandal bagian 2

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis Film The Raid 2 - Berandal [Bagian 1]

0 komentar:

Post a Comment